Modul
5
MEMBACA
TELAAH BAHASA
A. Pengantar
Modul
ini merupakan salah satu mata rantai yang tidak terpisahkan dari mata kuliah membaa
yang diajarkan di jurusan Bahasa dan Seni program studi Bahasa dan Sastra
Indonesia. Dalam modul ini diuraikan membaca telaah bahasa yang terdiri dari
membaca bahasa dan membaca sastra. Penjelasan mengenai membaca bahasa dan
membaca sastra dijelaskan secara jelas dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
mahasiswa. Menjelaskan hal-hal yang terkait dengan membaca bahasa yaitu memperbesar
daya kata dan mengembangkan kritik-kritik sastra serta menjelaskan hal-hal yang
terkait dengan membaca sastra yaitu bahasa ilmiah, bahasa sastra, dan gaya
bahasa. Hal ini akan lebih memudahkan kita untuk memahami membaca telaah
bahasa.
B. Kompetensi Dasar
1. Mengetahui
dan memahami hal-hal yang terkait dengan membaca bahasa seperti mengembangkan
daya kata dan mengembangkan kata-kata kritik.
2. Mengetahui
dan memahami hal-hal yang terkait dengan membaca sasta seperti bahasa ilmiah,
bahasa sastra, dan gaya bahasa.
C. Hasil Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan pengertian dan jenis-jenis membaca telaah bahasa.
2. Mahasiswa
dapat menjelaskan hal-hal yang harus diketahui untuk memperbesar daya kata.
3. Mahasiswa
dapat menjelaskan upaya mengembangkan kosa kata kritik.
4. Mahasiswa
dapat menjelaskan bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
5. Mahasiswa
dapat menjelaskan gaya bahasa sebuah karya sastra.
D. Kegiatan Belajar 1
6.1
Pengertian dan Jenis Membaca Telaah Bahasa
Uraian
- Pengertian Membaca telaah Bahasa
Pada
hakikatnya segala sesuatu terlebih sesuatu yang konkret pasti terdiri dari
bentuk dan isi (form and meaning). Begitu pula dengan bacaan yang terdiri atas
isi (content) dan bahasa (language). Isi dianggap sebagai yang bersifat
rohaniah sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Keduanya merupakan
dwitunggal yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa suatu bahan bacaan
mencerminkan keindahan serta kemanunggalannya. Jadi Membaca telaah bahasa
adalah suatu keterampilan membaca dengan cara membaca dari segi isi dan bahasa
suatu bacaan sehingga mencerminkan keindahan.
- Jenis-Jenis Membaca Telaah Bahasa
Pada
dasarnya jenis-jenis membaca telaah bahasa dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
membaca bahasa atau language reading dan membaca sastra atau literary reading.
Kegiatan
Belajar 2
6.2 Membaca Bahasa
Tujuan
Membaca Bahasa
Tujuan
utama membaca bahasa adalah mengembangkan daya kata (increasing word power) dan
mengembangkan kosa kata (developing vocabulary).
- Mengembangkan daya kata.
Setiap
orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Daya kata yang pertama adalah daya
kata yang dipergunakan dalam berbicara dan menulis. Berbicara adalah Kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (H. G. Tarigan (Resmini, Novi dkk,
2006: 18), sedangkan
menulis adalah Menulis adalah menempatkan simbol-simbol
grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian
dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta
simbol-simbol grafis (Robert Lado (Suriamiharja, Agus dkk, 1996: 1)
Ini merupakan daya memilih serta mempergunakan kata-kata yang mengekspresikan
makna secara jelas dan tepat. Daya yang satu lagi adalah daya kata yang
dipergunakan dalam membaca dan menyimak. Membaca merupakan suatu proses
menyusun makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang
telah ada, informasi yang dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi
pembaca (Wilson dan Peters (Resmini, Novi dan Hartati, Tatat, 2006:
107)) menyimak adalah Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan
memahami isi bahan simakan (Djago
Tarigan (1993: 4) ). Ini adalah daya untuk menghadapi
serta menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup
dari kata-kata tersebut, sehinga bagian tempatnya muncul itu dapat dimengerti,
masuk akal. Dalam kegiatan membaca ada beberapa hal yang harus kita ketahui
untuk memperbesar daya kata. Hal tersebut antara lain :
a) Ragam-ragam bahasa;
b) Mempelajari makna kata dari konteks;
c) Bagian-bagian kata;
d) Penggunaan kamus;
e) Makna-makna varian;
f) Idiom;
g) Sinonim dan antonim;
h) Konotasi dan denotasi;
i)
Derivasi.
Secara singkat berikut akan
dijelaskan satu persatu.
a) Ragam-ragam
Bahasa.
1. Bahasa formal atau bahasa resmi adalah bahasa yang dipakai pada situasi
resmi yang dengan sengaja disusun menurut aturan- aturan konseptual dan logis
khusus dan digunakan untuk memenuhi suatu tujuan khusus secara konsisten,
persis dan lengkap. Bahasa-bahasa formal digunakan untuk tujuan seperti
melambangkan teori-teori dan hukum-hukum ilmiah; dan menyimbolkan bahasa-bahasa
seperti logika dan matematika misalnya saja digunakan pada pidato kenegaraan,
kuliah di perguruan tinggi, yajuk rencana koran-koran terkenal, kritik sastra,
khutbah-khutbah resmi, dan lain-lain. Ciri-ciri bahasa formal adalah simbolisme,
aturan-aturan sintaksis yang menentukan bagaimana simbol-simbol ini disatukan,
aturan-aturan sintaksis membolehkan kita untuk mengubah bentuk, maupun
menggantikan simbol-simbol, aturan-aturan semantik aturan-aturan semantis
(termasuk setiap aturan definisi) dengannya bahasa formal akan diterjemahkan aturan-aturan
semantis membuat kita mampu menentukan dan menafsirkan arti-arti yang diberikan
kepada istilah (kamus) bahasa dan terakhir aturan-aturan logika (seperti
prinsip-prinsip penarikan kesimpulan bagi tujuan deduktif).
2. Bahasa informal atau bahasa tidak resmi adalah bahasa yang
dipakai pada situasi-situasi yang tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara
lisan daripada tulisan. Bahasa informal biasanya digunakan dalam lingkungan
keluarga, bercakap-cakap dengan teman, bercakap-cakap dalam buku harian, dan
lain-lain. Bahasa informal ini merupakan efek dari globalisasi. Bahasa informal
memiliki ciri khas adanya kata, ungkapan, dan gaya bahasa baru, dan biasanya
berasal dari generasi muda. Dalam pembentukan kosakata dalam bahasa Indonesia
informal, ternyata banyak sekali “metode” yang ada, contohnya pemendekan kata
disertai imbuhan –in, pemberian imbuhan ke- untuk menggantikan imbuhan ter-,
dan menghilangkan beberapa huruf untuk mempermudah pengucapan misalnya tahu
jadi tau. Selain modifikasi pada imbuhan, pembentukan kosakata juga diambil
dari penyerapan bahasa daerah, bahasa asing misalnya sorry – sori. Selain
kosakata, partikel-partikel kalimat
juga muncul dalam bahasa informal. Seperti partikel nih, loh/lho,
kok, dong, ‘kan dan lah
3.
Bahasa percakapan adalah
bahasa yang umum dipakai dalam percakapan sehari-hari, bahasa yang telah kita
pakai semenjak kecil. Bahasa percakapan banyak digunakan dalam bahasa lisan
sehingga banyak kita jumpai kalimat-kalimat yang singkat atau dapat juga tidak
lengkap.
4.
Bahasa kasar (vulgar language)
adalah bahasa yang dianggap substandard, maksudnya bahasa orang yang tidak
berpendidikan memang jelas mempunyai cara sendiri yang konvensional tetapi
tidak digunakan oleh orang-orang yang telah mempelajari bentuk-bentuk baku,
sehingga kasar disini bukanlah mengarh pada ketidaksenonohan melainkan
menyangkut orang banyak.
5.
Bahasa slang adalah bahasa
yang ditujukan kepada kelompok-kelompok khusus sert terbatas. Bahasa slang
bersifat sementara misalnya hari ini bersifat suatu hal maka besok lusa tidak
lagi.
6.
Bahasa teknis (technical
language) adalah bahasa yang dipakai pada profesi-profesi tertentu misalnya
dokter, insyinyur, hakim, dan lain-lain yang telah mengembangkan kosa kata
sendiri, ekspresi-ekspresi secara cepat dan efisien menyatakan kebutuhan mereka
satu sama lain.
b). Mempelajari
Makna Kata dari Konteks.
Untuk
menentukan makna kata dari suatu konteks dapat kita lakukan melalui pengalaman
dan melalui bacaan. Semakin banyak pengalaman yang kita miliki semakin banyak
pula kosa kata kita, misalnya dengan berkunjung ke tempat-tempat yang blum
pernah kita kunjungi. Dengan banyak membaca misalnya saja cerpen, novel, dan
lain-lain yang dapat memperkaya kosa kata kita. Bagian lisan atau tulisan
tempat sebuah kata muncul disebut konteks. Konteks yang dapat mencerminkan
makna adalah konteks yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Konteks dapat membatasi kata. Cara yang paling jelas adalah
dengan mendefinisikan batasan yang ikhlas dan langsung. Setiap penulis yang
seksama akan berusaha membatasi istilah-istilah yang dipakainya. Konteks dapat
memasukkan suatu perbandingan atau pertentangan suatu komparasi atau kontras
yang dapat menolong kita memahami makna kata.
2. Suasana bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan
kata.
Kita tidak
akan memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam satu konteks. Apa yang
kita peroleh hanyalah sebuah makna tunggal yang sesuai dengan bagian tertentu.
Kalau kita temui kata-kata tersebut dalam konteks baru kita akan menemukan
makna baru baginya.
c). Bagian-bagian
Kata
Terkadang
kita dapat menentukan makna suatu kata dari pengetahuan mengenai bagian-bagian
kata. Perlu kita ketahui tidak semua kata memiliki bagian-bagian seperti
prefiks (awalan), root (akar atau dasar kata), suffiks (akhiran), dan infiks
(sisipan).
d). Penggunaan
Kamus
Untuk
menentukan makna dari sebuah kata kita dapar menggunakan kamus dari kamus
itulah kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.
e). Aneka
Makna
Kita harus
memiliki suatu kebiasaan memperlihatkan makna-makna yang berbeda yang dikandung
dalam sesuatu kata. Kita harus paham akan homonym, yaitu kata yang memiliki
bunyi sama namun makna yang berbeda. Misalnya saja tanjung I maknanya sejenis
bungan sedangkan tanjung II maknanya tanah yang menjorok ke laut.
f). Idiom
Idiom
merupakan ekspresi yang tidak dapat dimengerti dari makna terpisah, makna
sendiri-sendiri setiap kata dalam kelompok itu. Kata-kata itu harus
diperlakukan sebagai suatu keseluruhan. Misalnya saja buah baju yang artinya
kancing baju, dan lain-lain.
g). Sinonim
dan Antonim
Sinonim
adalah kata-kata yang memiliki makna umum yang sama atau kebersamaan (Barret
:1956:302) tetapi berbeda dengan konotasi atau nilai kata (Perrrin:1968:384).
Misalnya saja meninggal dunia sama dengan wafat, mampus, dan lain-lain. Antonim
adalah kata-kata yang berlawanan maknanya (Albert (et al);1961:81). Misalnya
kaya lawan katanya miskin, pintar lawan katanya tolol, dan lain-lain.
h). Konotasi
Konotasi
cenderung menyentuh hati kita secara mendalam. Banyak kata umum yang mengandung
konotasi namun tidak semua kata memiliki daya konotatif misalnya artikel,
konjungsi, dan preposisi. Secara umum ada dua jenis konotasi yaitu konotasi
pribadi dan konotasi umum. Sehingga setiap kata itu pasti memiliki arti pusat
dari arti tambahan, mempunyai denotasi dan konotasi. Kalau denotasi mengacu
pada batasan harfiah sesuatu kata, kepada makna yang diketahui banyak orang
sedangkan konotasi mengacu pada segala sesuatu yang disarankan oleh sebuah kata
(Moore;1960:213; Perrin,
1968:373-374).
i). Derivasi
Kata
Untuk
meningkatkan kosa kata kita, kita harus memahami derivasi atau asal-usul kata
sangat penting. Misalnya pada kata Indonesia banyak kosa kata asing yang turut
memperkaya kosa kata bahasa kita.kata-kata asing tersebut antara lain berasalal
dari bahasa Arab, portugis, dan lain-lain.
- Mengembangkan Kosa Kata Kritik
Dalam upaya
mengembangkan kosa kata kritik ini, perlu kita ketahui beberapa hal, antara
lain :
a) . Bahasa kritik
sastra
b). Memetik makna dari
konteks
c) . Petunjuk –
petunjuk konteks.
a)
Bahasa
Kritik Sastra
Dari pembicaraan
terdahulu dapat ditarik kesimpulan serta harus disadari benar – benar akan
adanya 2 fakta yang sangat penting mengenai kata – kata yaitu kebanyakan kata
dalam pemakaian umum mengandung lebih dari satu dan kita tidak akan pernah
memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam setiap pertemuan dengannya.
b)
Memetik Makna
dari Konteks
Dalam mempergunakan petunjuk-petunjuk konteks
itu, hendaklah selalu diingat bahwa kita tidaklah bermaksud mencoba memperoleh
makna secukupnya agar dapat meneruskan bacaan, agar dapat memahami bagian
tersebut sebagai suatu kebulatan. Berikut contohnya :
·
Anak itu semenjak
lahir sudah bisu. (bisu “ tidak dapat berbicara “).
·
Waktu ditanya oleh
polisi, pencuri itu bisu seribu kata. (bisu “ diam “).
·
Lebih baik membisukan
diri daripada mengucapkan kata – kata makian. (membisukan diri “ menahan diri;
berdiam diri “).
- Makna Designative
Makna designative adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki
oleh benda tertentu kalau kata itu diterapka padanya.Misalnya, secara
denotative pak tarigan dan setipa suami lainnya didunia, sedangkan secar
designative berarti manusia pria yang telah mengawini seorang istri yang hidup.
Jadi, sesuatu disini haruslah manusia, pria, kawin dan pasangannya itu harus
hidup. Sesudah semua syarat itu dipenuhi, barlah sesuatu itu dapat dimasukkan
kedalam kelas suami.
2.
Makna Denotatif
Makna deotatif adalah
makna asli, makna asal, atau emkna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah laksem.
Jadi makna denotatif ini sama dengan makna leksikal. Contohnya adalah sebagai
berikut :
- Babi = sejenis hewan yang dapt diternakkan dan dimanafaatkan dagingnya.
·
Kurus= keadaan
seseorang yang kebih kecil dari ukuran yang normal.
- Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna
denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dadi orang atau kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut :
- Babi seperti contoh diatas, pada orang yang bergama islam atau dalam masyarakat islam memiliki konotasi yang negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak ketika mendengar kata itu.
·
Kata kurus,
berkonotasi netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi
kata ramping, yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki
konotasi yang positif, nilai rasa yang mengenakkan, orang akan sennag apabla
dikatakan ramping.
c.
Petunjuk
–Petunjuk Konteks
Ada 5 Cara Konteks
Mencerminkan Makna, yaitu :
1.
Devinisi atau Batasan adalah metode yang
paling jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau
devinisi pada saat itu juga. Contohnya adalah kadang – kadang seorang penulis
mengemukakan satu atau lebih contoh untuk memperlihatkan makna apa yang hendak
dimaksudkannya bagi kata itu. Kerapkali contoh – contoh ini diperkenalkan
dengan kata – kata isyarat seperti : khususnya, seperti, terutama sekali.
2.
Uraian Baru atau Restatement adalah untuk
menunjukkan bahwa seseorang membuat uraian dari terhadap sesuatu ide, maka
seseorang tersebut mempergunakan prentesis, tanda kurung, atau tanda pisah>
3.
Mempergunakan Pengubah (Modifier) adalah ada pula
kalanya dalam suatu frase atau klausa mengubah, seorang penulis memperkenalkan
makna sesuatu istilah.
4.
Mempergunakan Kontras adalah suatu pertentangan
yang akan memudahkan pembaca menguraikan serta menangkap makna suatu kata baru.
Kegiatan Pembelajaran 3
6.3Membaca Sastra
Apabila seorang pembaca dapat mengerti seluk beluk bahasa dalam
suatu karya sastra, semakin mudahlah dia memahami isinya serta menikamti
keindahannya. Untuk ini paling sedikit seorang pembaca harus dapat antara
bahasa ilmiah dan bahasa sastra serta memahami jenis-jenis gaya bahasa.
A.
Bahasa ilmiah dan bahasa sastra
Jika
kita berbicara perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya sastra,
maka pada dasarnya kita memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam
kegiatan menulis. Laporan-laporan penelitian dalam bidang kimia dan fisika
hampir seluruhnya tertulis dalam kata-kata denotatif, karena laporan-laporan
tersebut mengemukakan fakta, bukan perasaan. Kertas kerja eksposisional dalam
ilmu-ilmu sosial dan dalam sejarah sebagian besar mempergunakan kata-kata
denotatif juga, walaupun dalam menulisnya itu orang harus berhati-hati untuk
menghindar kata-kata yang mengandung konotasi-konotasi yang tersembunyi.
Sebaliknya, kalau kita menulis cerita-cerita pendek,puisi,atau pidato untuk
umum, maka biasanya kita mempergunakan kata-kata konotatif, Karena
tulisan-tulisan seperti itu kerapkali menggarap hal-hal yang berhubungan dengan
emosi dan nilai-nilai.
Oleh
karena itu, maka dalam kebanyakan tulisan kita, haruslah kita memperhatikan
benar-benar konotasi kata,dan memang ada alasan kuat kenapa kita harus
berhati-hati dalam hal itu. Satu hal misalnya, adalah merupakan suatu
pemborosan yang keterlaluan membuat hubungan–hubungan yang tepat antara
makna-makna designatif (designative meanings),tetapi hubungan-hubungan antara
konotasi-konotasi itu jelek atau salah. Sebagai contoh mari kita perhatikan
pernyataan berikut ini:
Dengan
lahapnya kami santap udang mati itu. Dari segi tata bahasa dan logika tidak ada
yang salah dalam kalimat diatas. Strukturnya jelas dam makna designatifnya pun
benar: kami santap dengan lahapnya dan udang itu memang benar-benar mati.
Tetapi konotasinya, atau makna konotasinya benar-benar gawat. Kita tidak akan
sering membuat kesalahan seperti itu dengan kata-kata yang telah kita ketahui
dan jiwai benar-benar. Tetapi kita sesungguhnya akan membuat kesalahan dengan
kata-kata yag kita ambil dari kamus, karena buku seperti itu pada umumnya
memuat makna-makna designatif dan sedikit sekali memperbincangkan
masalah-masalah konotasi. Kadang-kadang akibat atau hasil percobaan mencari
kata-kata baru didalamnya benar-benar menggelikan hati.
Setiap
tulisan yang ingin serta berusaha agar menarik hati serta menyakinkan harus
mempergunakan konotasi-konotasi. Tulisan yang bermaksud menyakinkan orang untuk
mempercayai secara lebih mendalam apa-apa yang telah diyakini oleh
penulisnya,seperti beberapa pidato politik dan khotbah, kerapkali mempergunakan
kata-kata abstrak yang mengandung konotasi-konotasi yang sudah basi ,
konotasi-konotasi bekas. Apabila seorang politikus memanggil para anggotanya
terkumpul, semuanya yang sealiran dengan dia , maka maksudya bukanlah untuk
mengubah pendirian mereka,tetapi justru membuat mereka lebih yakin lagi. Pada
hakekatnya , dia menuntut serta mengharapkan agar mereka memperhatikan
konotasi-konotasi bekas, yang sebenarnya telah ada dalam pikiran mereka , bukan
sesutau yang baru.
Tulisan
yang bermaksud untuk menyakinkan orang-orang untuk mempercayai sesuatu yang
sudah mereka mereka tidak percayai sebelumya mempergunakan lebih banyak lagi
kata-kata kongkrit. Serta menuntut kontasi-konotasi yang dipelajari dari
pengalaman nilai kekongritan itu misalnya terlihat pada iusrasi-ilustrasi iklan
, foto seorang bayi, gadis cantik, rumah terbakar, atau kecelakaan mobil.
Perlu
dipahami benar-banar bahwa penggunaan kata-kata konotatif untuk menyakinkan itu
pada hakekatnya tidaklah dapat dikatakan ataukah baik ataupun jelek. Memang
benar, kata-kata sepert itu yang dipakai dalam iklan dan propganda dan
merupakan pembendaharaan dalam perdagangan yang bersifat menghasut, tetapi
jangan pula kita lupa bahwa kata-kata tersebut dapat pula dipergunakan untuk
menyakinkan penduduk sesuatu kota untuk mengganti pondok-pondok buruk mereka
dengan proyek-proyek perumahan yang lebih sehat. Daya kata-kata itu dapat
mempersatukan kita untuk menentang serta menyerang penyakit menular dan kanker.
Mengerti kata-kata konotatif serta memahami daya yang dikandungnya terhadap
kita adalah mengerti serta memahami salah satu dari cara-cara bahasa berkarya.
Dengan memahinya, maka kita dapat lebih baik lagi melihat melalui
tuntutan-tuntutan atau apeal-apeal yang salah dalam beberapa beberapa
propaganda dan iklan atau reklame; dan setelah mempelajari bagaiman cara
menggunakanya , maka kita mempelajari bagaiman cara menggunakanya. Maka kita
dapat lebih mudah lagi membimbing serta mengarahkan orang-orang lain bersatu
padu dalam aksi demi kepetingan umum.(Barrret;1956:294-6).
Demikianlah,
dari pembicaraan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini: Bahasa ilmiah. Pada umumnya bersifat denotatif; dan bahasa sastra pada umumnya bersifat konotatif.
B. Gaya bahasa
Dalam kekonotatifan bahasa sastra, yang melibatkan emosi-emosi
dan nilai-nilai, maka dalam membaca sesuatu karya sastra haruslah kita terlebih
dahulu dibekali dengan pengetahuan mengenai gaya bahasa. Dengan pengenalan
serta pemahaman sejumlah gaya bahasa maka kita akan lebih mantap lagi menikmati
keindahan karya sastra tersebut. Hal-hal yang umum dalam gaya bahasa, adalah
perbandingan yang mencangkup metafora, kesamaan, dan analogi. Selain itu
adalah hubungan, yang mencakup metonimia
dan sinekdohe dan taraf pernyataan, yang mencakup hiperbola, litotes, dan
ironi.
- Perbandingan
- Metafora
Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling
singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terdapat dua ide : yang satu adalah
suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi
merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi dan kita menggantikan yang
belakangan ini menjadi yang terdahulu tadi. Misalnya : “Nani adalah gadis
ramah, tetapi sukar didekati, sukar ditebak isi hatinya”. Diganti dengan“Nani
jinak-jinak merpati”
2.
Kesamaan
Kesamaan
berbeda dari metafora dalam hal : kalau
metafora menyatakan secara tidak langsung adanya kesamaan antara dua hal, maka
gaya bahasa kesamaan atau persamaan menyataan serta menagaskan bahwa yang satu
sama dengan yang lain; biasanya memperguanakan kata-kata seperti atau sebagai
dan sejenisnya. Contohnya adalah para gembala Sardini adalah orang-orang asli.
Pendek, konvensional, pendiam; mereka terlihat bak batu-batu negeri mereka yang
tandus, seperti batu-batu besar yang agak perasa dikikis masa.
3.
Analogi
Analogi agak berlainan dengan
metafora dan kesamaan, biasanya melihat beberapa titik persamaan, bukan hanya
satu saja. Analogi yang sugestif sering kali menekankan suatu ide. Contohnya
adalah saluran-saluran spekulasi politik dan agama sejati dibendung, sampai
Revolusi Besar membebaskan luapan buku-buku dan pamflet-pamflet yang meliputi
negeri itu selama dua puluh tahun, mengenali serta memperlebar palung-palung
baru saluran pikiran dan pendapat kita mengalir, serta meninggalkannya kalau
tidak ada sedikitpun membawa emas murni pada pasir-pasir banjir besar yang
menggelora itu.
- Hubungan
Sinekdohe dan metonimia termasuk gaya bahasa hubungan
(relationship); kedua-duanya menggantikan nama sesuatu dengan yang lainnya yang
ada hubungannya. Sinekdohe memberi nama suatu bagian apabila yang
dimaksud adalah keseluruhan; atau sebaliknya: pengganti sebagian. Contoh
sidekdok adalah sebagai berikut:
- Bejuta-juta mulut harus diberi makan oleh pemerintah.
- Tangan-tangan lunglai menengadah memohon rahmat dan karunia Tuhan.
- ABRI menerima calon-calon polisi baru.
- Jang perbatasan buat pengganti banyak orang mati diperbatasan.
- Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo sawahnya berpuluh-puluh hektar baut pengganti dia orang kaya.
- Pernyataan
Dari segi tarafnya,
maka pernyataan ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
- Hiperbola
Hiperbola adalah
sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih – lebihan dengan
maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk meningkatkan
pesan dan pengaruh.
- Litotes
Litotes adalah kebalikan dari hiperbola, sejenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang dikecil – kecilkan,dikurang dari kenyataan yang
sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri. Contohnya adalah sebagai berikut
:
·
Mohammad Ali adalah
bukan petinju yang jelek.
- Shakespeare bukan pengarang picisan.
- H.B. Jasin bukan kritikus jalanan.
- Ironi
Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan
(menyatakan secar tidak langsung) sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada
kalanya bertentangan darti apa ang sebenarna dikatakan itu. Ironi ringan
merupakan suatu bentuk rumor, tetapi ironi keras biasanya merupakan suatu
bentuk sarkasme atau satire, walaupun pembatasan yang tegas antara hal-hal itu
sangat sukar dibuat dan jarang sekali memuaskan orang. Contohnya adalah suatu revolusi
senantiasa dibedakan oleh ketidak sopan santunan, barang kali karena penguasa
tidak mau bersusah-susah dalam hal yang baik untuk mengajar orang-orang
sikap-sikap yang terpuji.
RANGKUMAN
Pada dasarnya membaca
telaah bahasa mencakup membaca bahasa dan membaca sastra. Tujuan dari membaca
bahasa adalah mengembankan daya kata dan mengembangkan kosa kata. Untuk
mengembangkan daya kata kita harus mengerti ragam bahasa, makna dari konteks,
bagian-bagian kata, penggunaan kamus, makna-makna varian, idiom, sinonim dan
antonym, konotasi dan denotasi, serta derivasi kata. Disamping itu untuk
mengembangkan kosa kata kita juga harus mengerti bahasa kritik sastra, memetik
makna dari konteks, dan petunjuk-petunjuk konteks. Untuk dapat membaca sastra
kita harus mengerti perbedaan antara bahasa ilmuah dan bahasa sastra serta gaya
bahasa. Bahasa ilmiah pada umumnya bersifat denotatif sedangkan bahasa sastra
pada umumnya bersifat konotatif. Dalam gaya bahasa hal-hal yang umum dipakai
adalah gaya bahasa yang menyatakan perbandingan, hubungan, dan taraf
pernyataan.
UJI KOMPETENSI
I.Pilihlah jawaban yang paling tepat!
- Berikut ini yang merupakan perbedaan mendasar antara bahasa formal dan bahasa informal adalah…………..
a.
Bahasa formal biasa digunakan pada pidato kenegaraan sedangkan bahasa
informal biasa digunakan untuk percakapan dalam keluarga.
b.
Bahasa formal adalah bahasa yang dipakai dalam situasi resmi sedangkan
bahasa informal adalah bahaa yang lebih banyak dipakai untuk profesi tertentu
seprti dokter.
c.
Bahasa formal adalah bahasa yang lebih banyak dipakai dalam bahasa lisan
daripada bahasa tertulis sedangkan bahasa informal adalah bahasa yang lebih
banyak dipakai dalam bahasa tulis.
d.
Bahasa formal adalah bahasa yang tidak ditentukan oleh aturan-aturan
sintaksis sedangkan bahasa informal adalah bahasa yang yang ditentukan
aturan-aturan sintaksis.
- Berikut adalah ciri-ciri konteks yang dapat mencerminkan makna, kecuali…….
a.
Konteks yang dapat membatasi makna
b.
Konteks tidak membatasi makna dan tidak dapat menolong kita untuk memahami
makna
c.
Suasana bagian suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata
d.
Konteks yang dapat menciptakan pertentangan atau perbandingan yang dapat
menolong kita untuk memahami makna.
- Kata-kata berikut ini yang merupakan idiom adalah………..
a.
Buah baju adalah kancing baju
b.
Baik lawan katanya jahat
c.
Wafat sama dengan meningga dan mampus
d.
Ibu adalah seseoranng yang berhubungan dengan asuhan.
- Kita dapat mempelajari makna kata dari suatu konteks melalui…….
a.
Perilaku dan sikap
b.
Tindakan dan usaha
c.
Pengalaman dan bacaan
d.
Ketrampilan dan pengalaman
- Pada era globalisasi kini, manusia sudah dimanjakan juga terlena dengan layanan serba “internet”. Bagaimana mungkin, kegiatan – kegiatan semula membutuhkan tenaga, waktu, serta kesabaran, kini dapat dilakukan hanya dengan sentuhan. Seperti berbelanja baju. Kini bermunculannya toko online, para shopaholic bisa menemukan juga membeli pakaian idaman hanya dengan mencarinya di website toko itu, melakukan order atau pemesanan, melakukan pembayaran melalui ATM atau bahkan internet banking, lalu selesai.Uraian terrsebut menggunakan ragam bahasa, yaitu…..
a.
Ragam bahasa slank
b.
Ragam bahasa informal
c.
Ragam bahasa kasar
d.
Ragam bahasa formal
6. Gaya bahasa metafora terdapat pada….
a.
Berjuta-juta mulut
harus diberi makna oleh pemerintah
b.
Mohamad Ali bukanlah
petinju yang jelek
c.
Nani
adalah gadis ramah tetapi sukar didekati, sukar ditebak hatinya
d.
Sempurna
sekali tiada kekurangan apapun
7. Dalam hal memetik makna dari konteks, ada 3 jenis makna yang
perlu diketahui anatara lain, kecuali :
a. Makna denotatif
b. Makna designatif
c. Makna kata
d. Makna konotatif
a. Makna denotatif
b. Makna designatif
c. Makna kata
d. Makna konotatif
8. Dibawah ini yang temasuk petunjuk-petunjuk konteks adalah :
a. Denotatif
b. Contoh
c. Awalan
d. Penggunaan kosa kata kritik
a. Denotatif
b. Contoh
c. Awalan
d. Penggunaan kosa kata kritik
9. Dibawah ini yang termasuk makna denotatif adalah, :
a. Panjang tangan
b. Meja hijau
c. Rumah tua
d. Buah tangan
a. Panjang tangan
b. Meja hijau
c. Rumah tua
d. Buah tangan
10. Yang termasuk dalam makna konotatif adalah, :
a. Kepala batu
b. Meja bundar
c. Sombong
d. Bodoh
a. Kepala batu
b. Meja bundar
c. Sombong
d. Bodoh
II. Jawablah pertanyaan
dibawah ini dengan tepat dan benar !
1.
Jelaskan
3 Cara Konteks Mencerminkan Makna !
2. Jelaskan pengertian antara makna denotatif dan makan konotatif
serta berikan contoh!
3. Apa yang dimaksud makna designatif ? berikan penjelasan ynag
disertai contoh!
- Apa pengertian dari bahasa ilmiah?
- Jelaskan perbedaan antara bahasa sastra dengan bahasa ilmiah?
- Mengapa didalam membuat laporan penelitian dalam bidang kimia dan fisika hampir seluruhnya tertulis dalam kata-kata denotatif (bahasa ilmiah) ? jelaskan
- Berikan contoh bahasa sastra yang bersifat konotatif?
- Sebutkan ciri-ciri bahasa sastra?
Cocokkan jawaban anda
dengan kunci jawaban yang terdapat pada modul ini. Hitunglah jawaban yang
benar, kemudian gunakan formula berikut ini untuk menentukan tingkat pemahaman
anda terhadap membaca telaah bahasa.
Tingkat
Pemahaman = (Jumlah Jawaban yang Benar : Jumlah soal) x 100%
Arti tingkat pemahaman 90-100% =
sangat baik
80-89% = baik
70-79% = cukup
< 70% = kurang
Kunci Jawaban
- A
- B
- A
- C
- D
- C
- C
- B
- C
- A
II.
- konteks dapat membatasi makna, konteks dapat memasukkan perbandingan atau pertentangan, suasana bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata.
- Makna deotatif adalah makna asli, makna asal, atau emkna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah laksem. Jadi makna denotatif ini sama dengan makna leksikal. Contohnya adalah sebagai berikut :
- Babi = sejenis hewan yang dapt diternakkan dan dimanafaatkan dagingnya.
·
Kurus= keadaan
seseorang yang kebih kecil dari ukuran yang normal.
Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna
denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dadi orang atau kelompok
orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut :
- Babi seperti contoh diatas, pada orang yang bergama islam atau dalam masyarakat islam memiliki konotasi yang negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak ketika mendengar kata itu.
- Makna designative adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapka padanya.Misalnya, secara denotative pak tarigan dan setipa suami lainnya didunia, sedangkan secar designative berarti manusia pria yang telah mengawini seorang istri yang hidup. Jadi, sesuatu disini haruslah manusia, pria, kawin dan pasangannya itu harus hidup. Sesudah semua syarat itu dipenuhi, barlah sesuatu itu dapat dimasukkan kedalam kelas suami.
4.
Bahasa ilmiah
merupakan sesuatu yang berdasarkan fakta dan bersifat objektif yang di ambil
dari ilmu pengetahuan serta fenomena – fenomena di sekeliling kita dan selalu
dikaitkan dengan kebenaran semesta berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
.
5.
Bahasa sastra:
bersifat subjektif karena sastra diciptakan oleh pengarang dan pengarang tersebut memiliki hak penuh dalam
menciptakan suatu karya sastra.
Bahasa
ilmiah : bersifat objektif karena hasil karya ilmiah dapat diperoeh berdasarkan
fakta-fakta yang sudah ada dan disepakati kebenaran secara umum.
6.
Karena di dalam
membuat laporan penelitian dalam bidang kimia dan fisika harus berdasarkarkan
fakta bukan perasaan yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik serta ditulis
menurut metode yang ada.
- Contoh bahasa sastra yang bersifat konotatif seperti puisi, cerita pendek dan prosa
8.
Ciri – ciri
bahasa sastra : 1. Bersifat konotatif
2.
Bersifat simbolis
3. Bersifat dinamis
4.
Brsifat estetis atau indah
DAFTAR
PUSTAKA
Tarigan,Guntur.
(1979).Membaca. Bandung : Angkasa.
http://jhue.blogspot.com/2011/09/membaca-telaah-bahasa-dan-sastra.html
(Diaksaes tanggal 12 Desember 2013)
http://kamus-sunda.com/res-92553-b-membaca-telaah-bahasa-1-membaca.html(
Diakses tanggal 12 Desember 2013)
0 komentar:
Posting Komentar