Minggu, 15 Desember 2013

Modul Membaca Telaah Bahasa




Modul 5
MEMBACA TELAAH BAHASA
A.    Pengantar
Modul ini merupakan salah satu mata rantai yang tidak terpisahkan dari mata kuliah membaa yang diajarkan di jurusan Bahasa dan Seni program studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam modul ini diuraikan membaca telaah bahasa yang terdiri dari membaca bahasa dan membaca sastra. Penjelasan mengenai membaca bahasa dan membaca sastra dijelaskan secara jelas dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mahasiswa. Menjelaskan hal-hal yang terkait dengan membaca bahasa yaitu memperbesar daya kata dan mengembangkan kritik-kritik sastra serta menjelaskan hal-hal yang terkait dengan membaca sastra yaitu bahasa ilmiah, bahasa sastra, dan gaya bahasa. Hal ini akan lebih memudahkan kita untuk memahami membaca telaah bahasa.

B.     Kompetensi Dasar

1.      Mengetahui dan memahami hal-hal yang terkait dengan membaca bahasa seperti mengembangkan daya kata dan mengembangkan kata-kata kritik.

2.      Mengetahui dan memahami hal-hal yang terkait dengan membaca sasta seperti bahasa ilmiah, bahasa sastra, dan gaya bahasa.

C.    Hasil Akhir yang Diharapkan

1.      Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan jenis-jenis membaca telaah bahasa.

2.      Mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang harus diketahui untuk memperbesar daya kata.

3.      Mahasiswa dapat menjelaskan upaya mengembangkan kosa kata kritik.

4.      Mahasiswa dapat menjelaskan bahasa ilmiah dan bahasa sastra.

5.      Mahasiswa dapat menjelaskan gaya bahasa sebuah karya sastra.



D.    Kegiatan Belajar 1 

6.1 Pengertian dan Jenis Membaca Telaah Bahasa

Uraian

  1. Pengertian Membaca telaah Bahasa

Pada hakikatnya segala sesuatu terlebih sesuatu yang konkret pasti terdiri dari bentuk dan isi (form and meaning). Begitu pula dengan bacaan yang terdiri atas isi (content) dan bahasa (language). Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Keduanya merupakan dwitunggal yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa suatu bahan bacaan mencerminkan keindahan serta kemanunggalannya. Jadi Membaca telaah bahasa adalah suatu keterampilan membaca dengan cara membaca dari segi isi dan bahasa suatu bacaan sehingga mencerminkan keindahan.

  1. Jenis-Jenis Membaca Telaah Bahasa

Pada dasarnya jenis-jenis membaca telaah bahasa dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu membaca bahasa atau language reading dan membaca sastra atau literary reading.

Kegiatan Belajar 2

6.2  Membaca Bahasa

Tujuan Membaca Bahasa

Tujuan utama membaca bahasa adalah mengembangkan daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosa kata (developing vocabulary).

  1. Mengembangkan daya kata.

Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Daya kata yang pertama adalah daya kata yang dipergunakan dalam berbicara dan menulis. Berbicara adalah Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (H. G. Tarigan (Resmini, Novi dkk, 2006: 18), sedangkan menulis adalah Menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafis (Robert Lado (Suriamiharja, Agus dkk, 1996: 1) Ini merupakan daya memilih serta mempergunakan kata-kata yang mengekspresikan makna secara jelas dan tepat. Daya yang satu lagi adalah daya kata yang dipergunakan dalam membaca dan menyimak. Membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca (Wilson dan Peters (Resmini, Novi dan Hartati, Tatat, 2006: 107)) menyimak adalah Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan (Djago Tarigan (1993: 4) ). Ini adalah daya untuk menghadapi serta menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup dari kata-kata tersebut, sehinga bagian tempatnya muncul itu dapat dimengerti, masuk akal. Dalam kegiatan membaca ada beberapa hal yang harus kita ketahui untuk memperbesar daya kata. Hal tersebut antara lain :

a)      Ragam-ragam bahasa;

b)      Mempelajari makna kata dari konteks;

c)      Bagian-bagian kata;

d)     Penggunaan kamus;

e)      Makna-makna varian;

f)       Idiom;

g)      Sinonim dan antonim;

h)      Konotasi dan denotasi;

i)        Derivasi.

Secara singkat berikut akan dijelaskan satu persatu.

a)      Ragam-ragam Bahasa.


1.      Bahasa formal atau bahasa resmi adalah bahasa yang dipakai pada situasi resmi yang dengan sengaja disusun menurut aturan- aturan konseptual dan logis khusus dan digunakan untuk memenuhi suatu tujuan khusus secara konsisten, persis dan lengkap. Bahasa-bahasa formal digunakan untuk tujuan seperti melambangkan teori-teori dan hukum-hukum ilmiah; dan menyimbolkan bahasa-bahasa seperti logika dan matematika misalnya saja digunakan pada pidato kenegaraan, kuliah di perguruan tinggi, yajuk rencana koran-koran terkenal, kritik sastra, khutbah-khutbah resmi, dan lain-lain. Ciri-ciri bahasa formal adalah simbolisme, aturan-aturan sintaksis yang menentukan bagaimana simbol-simbol ini disatukan, aturan-aturan sintaksis membolehkan kita untuk mengubah bentuk, maupun menggantikan simbol-simbol, aturan-aturan semantik aturan-aturan semantis (termasuk setiap aturan definisi) dengannya bahasa formal akan diterjemahkan aturan-aturan semantis membuat kita mampu menentukan dan menafsirkan arti-arti yang diberikan kepada istilah (kamus) bahasa dan terakhir aturan-aturan logika (seperti prinsip-prinsip penarikan kesimpulan bagi tujuan deduktif).

2.      Bahasa informal atau bahasa tidak resmi adalah bahasa yang dipakai pada situasi-situasi yang tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada tulisan. Bahasa informal biasanya digunakan dalam lingkungan keluarga, bercakap-cakap dengan teman, bercakap-cakap dalam buku harian, dan lain-lain. Bahasa informal ini merupakan efek dari globalisasi. Bahasa informal memiliki ciri khas adanya kata, ungkapan, dan gaya bahasa baru, dan biasanya berasal dari generasi muda. Dalam pembentukan kosakata dalam bahasa Indonesia informal, ternyata banyak sekali “metode” yang ada, contohnya pemendekan kata disertai imbuhan –in, pemberian imbuhan ke- untuk menggantikan imbuhan ter-, dan menghilangkan beberapa huruf untuk mempermudah pengucapan misalnya tahu jadi tau. Selain modifikasi pada imbuhan, pembentukan kosakata juga diambil dari penyerapan bahasa daerah, bahasa asing misalnya sorry – sori. Selain kosakata, partikel-partikel kalimat juga muncul dalam bahasa informal. Seperti partikel nih, loh/lho, kok, dong, ‘kan dan lah

3.      Bahasa percakapan adalah bahasa yang umum dipakai dalam percakapan sehari-hari, bahasa yang telah kita pakai semenjak kecil. Bahasa percakapan banyak digunakan dalam bahasa lisan sehingga banyak kita jumpai kalimat-kalimat yang singkat atau dapat juga tidak lengkap.

4.      Bahasa kasar (vulgar language) adalah bahasa yang dianggap substandard, maksudnya bahasa orang yang tidak berpendidikan memang jelas mempunyai cara sendiri yang konvensional tetapi tidak digunakan oleh orang-orang yang telah mempelajari bentuk-bentuk baku, sehingga kasar disini bukanlah mengarh pada ketidaksenonohan melainkan menyangkut orang banyak.

5.      Bahasa slang adalah bahasa yang ditujukan kepada kelompok-kelompok khusus sert terbatas. Bahasa slang bersifat sementara misalnya hari ini bersifat suatu hal maka besok lusa tidak lagi.

6.      Bahasa teknis (technical language) adalah bahasa yang dipakai pada profesi-profesi tertentu misalnya dokter, insyinyur, hakim, dan lain-lain yang telah mengembangkan kosa kata sendiri, ekspresi-ekspresi secara cepat dan efisien menyatakan kebutuhan mereka satu sama lain.

b). Mempelajari Makna Kata dari Konteks.

Untuk menentukan makna kata dari suatu konteks dapat kita lakukan melalui pengalaman dan melalui bacaan. Semakin banyak pengalaman yang kita miliki semakin banyak pula kosa kata kita, misalnya dengan berkunjung ke tempat-tempat yang blum pernah kita kunjungi. Dengan banyak membaca misalnya saja cerpen, novel, dan lain-lain yang dapat memperkaya kosa kata kita. Bagian lisan atau tulisan tempat sebuah kata muncul disebut konteks. Konteks yang dapat mencerminkan makna adalah konteks yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

1.      Konteks dapat membatasi kata. Cara yang paling jelas adalah dengan mendefinisikan batasan yang ikhlas dan langsung. Setiap penulis yang seksama akan berusaha membatasi istilah-istilah yang dipakainya. Konteks dapat memasukkan suatu perbandingan atau pertentangan suatu komparasi atau kontras yang dapat menolong kita memahami makna kata.

2.      Suasana bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan kata.

Kita tidak akan memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam satu konteks. Apa yang kita peroleh hanyalah sebuah makna tunggal yang sesuai dengan bagian tertentu. Kalau kita temui kata-kata tersebut dalam konteks baru kita akan menemukan makna baru baginya.

c). Bagian-bagian Kata

Terkadang kita dapat menentukan makna suatu kata dari pengetahuan mengenai bagian-bagian kata. Perlu kita ketahui tidak semua kata memiliki bagian-bagian seperti prefiks (awalan), root (akar atau dasar kata), suffiks (akhiran), dan infiks (sisipan).

d). Penggunaan Kamus

Untuk menentukan makna dari sebuah kata kita dapar menggunakan kamus dari kamus itulah kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.

e). Aneka Makna

Kita harus memiliki suatu kebiasaan memperlihatkan makna-makna yang berbeda yang dikandung dalam sesuatu kata. Kita harus paham akan homonym, yaitu kata yang memiliki bunyi sama namun makna yang berbeda. Misalnya saja tanjung I maknanya sejenis bungan sedangkan tanjung II maknanya tanah yang menjorok ke laut.

f). Idiom

Idiom merupakan ekspresi yang tidak dapat dimengerti dari makna terpisah, makna sendiri-sendiri setiap kata dalam kelompok itu. Kata-kata itu harus diperlakukan sebagai suatu keseluruhan. Misalnya saja buah baju yang artinya kancing baju, dan lain-lain.

g). Sinonim dan Antonim

Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna umum yang sama atau kebersamaan (Barret :1956:302) tetapi berbeda dengan konotasi atau nilai kata (Perrrin:1968:384). Misalnya saja meninggal dunia sama dengan wafat, mampus, dan lain-lain. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya (Albert (et al);1961:81). Misalnya kaya lawan katanya miskin, pintar lawan katanya tolol, dan lain-lain.

h). Konotasi

Konotasi cenderung menyentuh hati kita secara mendalam. Banyak kata umum yang mengandung konotasi namun tidak semua kata memiliki daya konotatif misalnya artikel, konjungsi, dan preposisi. Secara umum ada dua jenis konotasi yaitu konotasi pribadi dan konotasi umum. Sehingga setiap kata itu pasti memiliki arti pusat dari arti tambahan, mempunyai denotasi dan konotasi. Kalau denotasi mengacu pada batasan harfiah sesuatu kata, kepada makna yang diketahui banyak orang sedangkan konotasi mengacu pada segala sesuatu yang disarankan oleh sebuah kata (Moore;1960:213;            Perrin, 1968:373-374).

i). Derivasi Kata

Untuk meningkatkan kosa kata kita, kita harus memahami derivasi atau asal-usul kata sangat penting. Misalnya pada kata Indonesia banyak kosa kata asing yang turut memperkaya kosa kata bahasa kita.kata-kata asing tersebut antara lain berasalal dari bahasa Arab, portugis, dan lain-lain.

  1. Mengembangkan Kosa Kata Kritik

Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik ini, perlu kita ketahui beberapa hal, antara lain :

a) . Bahasa kritik sastra

b). Memetik makna dari konteks

c) . Petunjuk – petunjuk konteks.



a)       Bahasa Kritik Sastra

Dari pembicaraan terdahulu dapat ditarik kesimpulan serta harus disadari benar – benar akan adanya 2 fakta yang sangat penting mengenai kata – kata yaitu kebanyakan kata dalam pemakaian umum mengandung lebih dari satu dan kita tidak akan pernah memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam setiap pertemuan dengannya.



b)        Memetik Makna dari Konteks

Dalam mempergunakan petunjuk-petunjuk konteks itu, hendaklah selalu diingat bahwa kita tidaklah bermaksud mencoba memperoleh makna secukupnya agar dapat meneruskan bacaan, agar dapat memahami bagian tersebut sebagai suatu kebulatan. Berikut contohnya :

·         Anak itu semenjak lahir sudah bisu. (bisu “ tidak dapat berbicara “).

·         Waktu ditanya oleh polisi, pencuri itu bisu seribu kata. (bisu “ diam “).

·         Lebih baik membisukan diri daripada mengucapkan kata – kata makian. (membisukan diri “ menahan diri; berdiam diri “).

      

  1. Makna Designative

Makna designative adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapka padanya.Misalnya, secara denotative pak tarigan dan setipa suami lainnya didunia, sedangkan secar designative berarti manusia pria yang telah mengawini seorang istri yang hidup. Jadi, sesuatu disini haruslah manusia, pria, kawin dan pasangannya itu harus hidup. Sesudah semua syarat itu dipenuhi, barlah sesuatu itu dapat dimasukkan kedalam kelas suami.

2.      Makna Denotatif

Makna deotatif adalah makna asli, makna asal, atau emkna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah laksem. Jadi makna denotatif ini sama dengan makna leksikal. Contohnya adalah sebagai berikut :

  • Babi =  sejenis hewan yang dapt diternakkan dan dimanafaatkan dagingnya.

·         Kurus= keadaan seseorang yang kebih kecil dari ukuran yang normal.



  1. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dadi orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut :

  • Babi seperti contoh diatas, pada orang yang bergama islam atau dalam masyarakat islam memiliki konotasi yang negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak ketika mendengar kata itu.

·         Kata kurus, berkonotasi netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi kata ramping, yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotasi yang positif, nilai rasa yang mengenakkan, orang akan sennag apabla dikatakan ramping.



c.        Petunjuk –Petunjuk Konteks

Ada 5 Cara Konteks Mencerminkan Makna, yaitu :

1.      Devinisi atau Batasan adalah metode yang paling jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau devinisi pada saat itu juga. Contohnya adalah kadang – kadang seorang penulis mengemukakan satu atau lebih contoh untuk memperlihatkan makna apa yang hendak dimaksudkannya bagi kata itu. Kerapkali contoh – contoh ini diperkenalkan dengan kata – kata isyarat seperti : khususnya, seperti, terutama sekali.

2.      Uraian Baru atau Restatement adalah untuk menunjukkan bahwa seseorang membuat uraian dari terhadap sesuatu ide, maka seseorang tersebut mempergunakan prentesis, tanda kurung, atau tanda pisah>

3.      Mempergunakan Pengubah (Modifier) adalah ada pula kalanya dalam suatu frase atau klausa mengubah, seorang penulis memperkenalkan makna sesuatu istilah.

4.      Mempergunakan Kontras adalah suatu pertentangan yang akan memudahkan pembaca menguraikan serta menangkap makna suatu kata baru.









Kegiatan Pembelajaran 3

6.3Membaca Sastra

Apabila seorang pembaca dapat mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra, semakin mudahlah dia memahami isinya serta menikamti keindahannya. Untuk ini paling sedikit seorang pembaca harus dapat antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra serta memahami jenis-jenis gaya bahasa.

A. Bahasa ilmiah dan bahasa sastra

Jika kita berbicara perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya sastra, maka pada dasarnya kita memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam kegiatan menulis. Laporan-laporan penelitian dalam bidang kimia dan fisika hampir seluruhnya tertulis dalam kata-kata denotatif, karena laporan-laporan tersebut mengemukakan fakta, bukan perasaan. Kertas kerja eksposisional dalam ilmu-ilmu sosial dan dalam sejarah sebagian besar mempergunakan kata-kata denotatif juga, walaupun dalam menulisnya itu orang harus berhati-hati untuk menghindar kata-kata yang mengandung konotasi-konotasi yang tersembunyi. Sebaliknya, kalau kita menulis cerita-cerita pendek,puisi,atau pidato untuk umum, maka biasanya kita mempergunakan kata-kata konotatif, Karena tulisan-tulisan seperti itu kerapkali menggarap hal-hal yang berhubungan dengan emosi dan nilai-nilai.

Oleh karena itu, maka dalam kebanyakan tulisan kita, haruslah kita memperhatikan benar-benar konotasi kata,dan memang ada alasan kuat kenapa kita harus berhati-hati dalam hal itu. Satu hal misalnya, adalah merupakan suatu pemborosan yang keterlaluan membuat hubungan–hubungan yang tepat antara makna-makna designatif (designative meanings),tetapi hubungan-hubungan antara konotasi-konotasi itu jelek atau salah. Sebagai contoh mari kita perhatikan pernyataan berikut ini:

Dengan lahapnya kami santap udang mati itu. Dari segi tata bahasa dan logika tidak ada yang salah dalam kalimat diatas. Strukturnya jelas dam makna designatifnya pun benar: kami santap dengan lahapnya dan udang itu memang benar-benar mati. Tetapi konotasinya, atau makna konotasinya benar-benar gawat. Kita tidak akan sering membuat kesalahan seperti itu dengan kata-kata yang telah kita ketahui dan jiwai benar-benar. Tetapi kita sesungguhnya akan membuat kesalahan dengan kata-kata yag kita ambil dari kamus, karena buku seperti itu pada umumnya memuat makna-makna designatif dan sedikit sekali memperbincangkan masalah-masalah konotasi. Kadang-kadang akibat atau hasil percobaan mencari kata-kata baru didalamnya benar-benar menggelikan hati.      

Setiap tulisan yang ingin serta berusaha agar menarik hati serta menyakinkan harus mempergunakan konotasi-konotasi. Tulisan yang bermaksud menyakinkan orang untuk mempercayai secara lebih mendalam apa-apa yang telah diyakini oleh penulisnya,seperti beberapa pidato politik dan khotbah, kerapkali mempergunakan kata-kata abstrak yang mengandung konotasi-konotasi yang sudah basi , konotasi-konotasi bekas. Apabila seorang politikus memanggil para anggotanya terkumpul, semuanya yang sealiran dengan dia , maka maksudya bukanlah untuk mengubah pendirian mereka,tetapi justru membuat mereka lebih yakin lagi. Pada hakekatnya , dia menuntut serta mengharapkan agar mereka memperhatikan konotasi-konotasi bekas, yang sebenarnya telah ada dalam pikiran mereka , bukan sesutau yang baru.

Tulisan yang bermaksud untuk menyakinkan orang-orang untuk mempercayai sesuatu yang sudah mereka mereka tidak percayai sebelumya mempergunakan lebih banyak lagi kata-kata kongkrit. Serta menuntut kontasi-konotasi yang dipelajari dari pengalaman nilai kekongritan itu misalnya terlihat pada iusrasi-ilustrasi iklan , foto seorang bayi, gadis cantik, rumah terbakar, atau kecelakaan mobil.

Perlu dipahami benar-banar bahwa penggunaan kata-kata konotatif untuk menyakinkan itu pada hakekatnya tidaklah dapat dikatakan ataukah baik ataupun jelek. Memang benar, kata-kata sepert itu yang dipakai dalam iklan dan propganda dan merupakan pembendaharaan dalam perdagangan yang bersifat menghasut, tetapi jangan pula kita lupa bahwa kata-kata tersebut dapat pula dipergunakan untuk menyakinkan penduduk sesuatu kota untuk mengganti pondok-pondok buruk mereka dengan proyek-proyek perumahan yang lebih sehat. Daya kata-kata itu dapat mempersatukan kita untuk menentang serta menyerang penyakit menular dan kanker. Mengerti kata-kata konotatif serta memahami daya yang dikandungnya terhadap kita adalah mengerti serta memahami salah satu dari cara-cara bahasa berkarya. Dengan memahinya, maka kita dapat lebih baik lagi melihat melalui tuntutan-tuntutan atau apeal-apeal yang salah dalam beberapa beberapa propaganda dan iklan atau reklame; dan setelah mempelajari bagaiman cara menggunakanya , maka kita mempelajari bagaiman cara menggunakanya. Maka kita dapat lebih mudah lagi membimbing serta mengarahkan orang-orang lain bersatu padu dalam aksi demi kepetingan umum.(Barrret;1956:294-6).

Demikianlah, dari pembicaraan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini: Bahasa ilmiah. Pada umumnya bersifat denotatif; dan bahasa sastra pada umumnya bersifat konotatif.



B. Gaya bahasa

Dalam kekonotatifan bahasa sastra, yang melibatkan emosi-emosi dan nilai-nilai, maka dalam membaca sesuatu karya sastra haruslah kita terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan mengenai gaya bahasa. Dengan pengenalan serta pemahaman sejumlah gaya bahasa maka kita akan lebih mantap lagi menikmati keindahan karya sastra tersebut. Hal-hal yang umum dalam gaya bahasa, adalah perbandingan yang mencangkup metafora, kesamaan, dan analogi. Selain itu adalah  hubungan, yang mencakup metonimia dan sinekdohe dan taraf pernyataan, yang mencakup hiperbola, litotes, dan ironi.

  1. Perbandingan

  1. Metafora

Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terdapat dua ide : yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi dan kita menggantikan yang belakangan ini menjadi yang terdahulu tadi. Misalnya : “Nani adalah gadis ramah, tetapi sukar didekati, sukar ditebak isi hatinya”. Diganti dengan“Nani jinak-jinak merpati”

2.      Kesamaan

Kesamaan berbeda dari metafora  dalam hal : kalau metafora menyatakan secara tidak langsung adanya kesamaan antara dua hal, maka gaya bahasa kesamaan atau persamaan menyataan serta menagaskan bahwa yang satu sama dengan yang lain; biasanya memperguanakan kata-kata seperti atau sebagai dan sejenisnya. Contohnya adalah para gembala Sardini adalah orang-orang asli. Pendek, konvensional, pendiam; mereka terlihat bak batu-batu negeri mereka yang tandus, seperti batu-batu besar yang agak perasa dikikis masa.



3.      Analogi

Analogi agak berlainan dengan metafora dan kesamaan, biasanya melihat beberapa titik persamaan, bukan hanya satu saja. Analogi yang sugestif sering kali menekankan suatu ide. Contohnya adalah saluran-saluran spekulasi politik dan agama sejati dibendung, sampai Revolusi Besar membebaskan luapan buku-buku dan pamflet-pamflet yang meliputi negeri itu selama dua puluh tahun, mengenali serta memperlebar palung-palung baru saluran pikiran dan pendapat kita mengalir, serta meninggalkannya kalau tidak ada sedikitpun membawa emas murni pada pasir-pasir banjir besar yang menggelora itu.



  1. Hubungan

Sinekdohe dan metonimia termasuk gaya bahasa hubungan (relationship); kedua-duanya menggantikan nama sesuatu dengan yang lainnya yang ada hubungannya. Sinekdohe memberi nama suatu bagian apabila yang dimaksud adalah keseluruhan; atau sebaliknya: pengganti sebagian. Contoh sidekdok adalah sebagai berikut:

  1. Bejuta-juta mulut harus diberi makan oleh pemerintah.
  2. Tangan-tangan lunglai menengadah memohon rahmat dan karunia Tuhan.
  3. ABRI menerima calon-calon polisi baru.
  4. Jang perbatasan buat pengganti banyak orang mati diperbatasan.
  5. Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo sawahnya berpuluh-puluh hektar baut pengganti dia orang kaya.

  1. Pernyataan

Dari segi tarafnya, maka pernyataan ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu :

  1. Hiperbola

Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih – lebihan dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk meningkatkan pesan dan pengaruh.

  1. Litotes

Litotes adalah kebalikan dari hiperbola, sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil – kecilkan,dikurang dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri. Contohnya adalah sebagai berikut :

·         Mohammad Ali adalah bukan petinju yang jelek.

  • Shakespeare bukan pengarang picisan.
  • H.B. Jasin bukan kritikus jalanan.



  1. Ironi

Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan (menyatakan secar tidak langsung) sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan darti apa ang sebenarna dikatakan itu. Ironi ringan merupakan suatu bentuk rumor, tetapi ironi keras biasanya merupakan suatu bentuk sarkasme atau satire, walaupun pembatasan yang tegas antara hal-hal itu sangat sukar dibuat dan jarang sekali memuaskan orang. Contohnya adalah suatu revolusi senantiasa dibedakan oleh ketidak sopan santunan, barang kali karena penguasa tidak mau bersusah-susah dalam hal yang baik untuk mengajar orang-orang sikap-sikap yang terpuji.





RANGKUMAN

            Pada dasarnya membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa dan membaca sastra. Tujuan dari membaca bahasa adalah mengembankan daya kata dan mengembangkan kosa kata. Untuk mengembangkan daya kata kita harus mengerti ragam bahasa, makna dari konteks, bagian-bagian kata, penggunaan kamus, makna-makna varian, idiom, sinonim dan antonym, konotasi dan denotasi, serta derivasi kata. Disamping itu untuk mengembangkan kosa kata kita juga harus mengerti bahasa kritik sastra, memetik makna dari konteks, dan petunjuk-petunjuk konteks. Untuk dapat membaca sastra kita harus mengerti perbedaan antara bahasa ilmuah dan bahasa sastra serta gaya bahasa. Bahasa ilmiah pada umumnya bersifat denotatif sedangkan bahasa sastra pada umumnya bersifat konotatif. Dalam gaya bahasa hal-hal yang umum dipakai adalah gaya bahasa yang menyatakan perbandingan, hubungan, dan taraf pernyataan.



UJI KOMPETENSI

I.Pilihlah jawaban yang paling tepat!

  1. Berikut ini yang merupakan perbedaan mendasar antara bahasa formal dan bahasa informal adalah…………..

a.       Bahasa formal biasa digunakan pada pidato kenegaraan sedangkan bahasa informal biasa digunakan untuk percakapan dalam keluarga.

b.      Bahasa formal adalah bahasa yang dipakai dalam situasi resmi sedangkan bahasa informal adalah bahaa yang lebih banyak dipakai untuk profesi tertentu seprti dokter.

c.       Bahasa formal adalah bahasa yang lebih banyak dipakai dalam bahasa lisan daripada bahasa tertulis sedangkan bahasa informal adalah bahasa yang lebih banyak dipakai dalam bahasa tulis.

d.      Bahasa formal adalah bahasa yang tidak ditentukan oleh aturan-aturan sintaksis sedangkan bahasa informal adalah bahasa yang yang ditentukan aturan-aturan sintaksis.

  1. Berikut adalah ciri-ciri konteks yang dapat mencerminkan makna, kecuali…….

a.       Konteks yang dapat membatasi makna

b.      Konteks tidak membatasi makna dan tidak dapat menolong kita untuk memahami makna

c.       Suasana bagian suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata

d.      Konteks yang dapat menciptakan pertentangan atau perbandingan yang dapat menolong kita untuk memahami makna.

  1. Kata-kata berikut ini yang merupakan idiom adalah………..

a.       Buah baju adalah kancing baju

b.      Baik lawan katanya jahat

c.       Wafat sama dengan meningga dan mampus

d.      Ibu adalah seseoranng yang berhubungan dengan asuhan.

  1. Kita dapat mempelajari makna kata dari suatu konteks  melalui…….

a.       Perilaku dan sikap

b.      Tindakan dan usaha

c.       Pengalaman dan bacaan

d.      Ketrampilan dan pengalaman

  1. Pada era globalisasi kini, manusia sudah dimanjakan juga terlena dengan layanan serba “internet”. Bagaimana mungkin, kegiatan – kegiatan semula membutuhkan tenaga, waktu, serta kesabaran, kini dapat dilakukan hanya dengan sentuhan. Seperti berbelanja baju. Kini bermunculannya toko online, para shopaholic bisa menemukan juga membeli pakaian idaman hanya dengan mencarinya di website toko itu, melakukan order atau pemesanan, melakukan pembayaran melalui ATM atau bahkan internet banking, lalu selesai.Uraian terrsebut menggunakan ragam bahasa, yaitu…..

a.       Ragam bahasa slank

b.      Ragam bahasa informal

c.       Ragam bahasa kasar

d.      Ragam bahasa formal

6.      Gaya bahasa metafora terdapat pada….

a.       Berjuta-juta mulut harus diberi makna oleh pemerintah

b.      Mohamad Ali bukanlah petinju yang  jelek

c.       Nani adalah gadis ramah tetapi sukar didekati, sukar ditebak hatinya

d.      Sempurna sekali tiada kekurangan apapun





7.      Dalam hal memetik makna dari konteks, ada 3 jenis makna yang perlu diketahui anatara lain, kecuali :
a. Makna denotatif
b. Makna designatif
c. Makna kata
d. Makna konotatif



8.      Dibawah ini yang temasuk petunjuk-petunjuk konteks adalah :
a. Denotatif
b. Contoh
c. Awalan
d. Penggunaan kosa kata kritik



9.      Dibawah ini yang termasuk makna denotatif adalah, :
a. Panjang tangan
b. Meja hijau
c. Rumah tua
d. Buah tangan







10.  Yang termasuk dalam makna konotatif adalah, :
a. Kepala batu
b. Meja bundar
c. Sombong
d. Bodoh



II. Jawablah  pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar !

1.      Jelaskan 3 Cara Konteks Mencerminkan Makna !

2.      Jelaskan pengertian antara makna denotatif dan makan konotatif serta berikan contoh!

3.      Apa yang dimaksud makna designatif ? berikan penjelasan ynag disertai contoh!

  1. Apa pengertian dari bahasa ilmiah?
  2. Jelaskan perbedaan antara  bahasa sastra dengan bahasa ilmiah?
  3.  Mengapa didalam membuat laporan penelitian dalam bidang kimia dan fisika hampir seluruhnya tertulis dalam kata-kata denotatif (bahasa ilmiah) ? jelaskan
  4. Berikan contoh bahasa sastra yang bersifat konotatif?
  5. Sebutkan ciri-ciri bahasa sastra?











Text Box: Tingkat Pemahaman =( Jumlah Jawaban Benar : Jumlah soal ) x 100%Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan formula berikut ini untuk menentukan tingkat pemahaman anda terhadap membaca telaah bahasa.

Tingkat Pemahaman = (Jumlah Jawaban yang Benar : Jumlah soal) x 100%



            Arti tingkat pemahaman 90-100% = sangat baik

                                                    80-89% = baik

                                                    70-79% = cukup

                                                     < 70% = kurang



Kunci Jawaban

  1. A
  2. B
  3. A
  4. C
  5. D
  6. C
  7. C
  8. B
  9. C
  10. A

II.

  1. konteks dapat membatasi makna, konteks dapat memasukkan perbandingan atau pertentangan, suasana bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata.
  2. Makna deotatif adalah makna asli, makna asal, atau emkna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah laksem. Jadi makna denotatif ini sama dengan makna leksikal. Contohnya adalah sebagai berikut :

  • Babi =  sejenis hewan yang dapt diternakkan dan dimanafaatkan dagingnya.

·         Kurus= keadaan seseorang yang kebih kecil dari ukuran yang normal.

Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dadi orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut :

  • Babi seperti contoh diatas, pada orang yang bergama islam atau dalam masyarakat islam memiliki konotasi yang negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak ketika mendengar kata itu.

  1. Makna designative adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapka padanya.Misalnya, secara denotative pak tarigan dan setipa suami lainnya didunia, sedangkan secar designative berarti manusia pria yang telah mengawini seorang istri yang hidup. Jadi, sesuatu disini haruslah manusia, pria, kawin dan pasangannya itu harus hidup. Sesudah semua syarat itu dipenuhi, barlah sesuatu itu dapat dimasukkan kedalam kelas suami.

4.      Bahasa ilmiah merupakan sesuatu yang berdasarkan fakta dan bersifat objektif yang di ambil dari ilmu pengetahuan serta fenomena – fenomena di sekeliling kita dan selalu dikaitkan dengan kebenaran semesta berdasarkan penelitian yang telah dilakukan .

5.      Bahasa sastra: bersifat subjektif karena sastra diciptakan oleh pengarang dan             pengarang tersebut memiliki hak penuh dalam menciptakan suatu karya sastra.

Bahasa ilmiah : bersifat objektif karena hasil karya ilmiah dapat diperoeh berdasarkan fakta-fakta yang sudah ada dan disepakati kebenaran secara umum.

6.      Karena di dalam membuat laporan penelitian dalam bidang kimia dan fisika harus berdasarkarkan fakta bukan perasaan yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik serta ditulis menurut metode yang ada.

  1. Contoh bahasa sastra yang bersifat konotatif seperti puisi, cerita pendek dan prosa

8.      Ciri – ciri bahasa sastra : 1. Bersifat konotatif

                                         2. Bersifat simbolis

                                         3. Bersifat dinamis

                                         4. Brsifat estetis atau indah



DAFTAR PUSTAKA

Tarigan,Guntur. (1979).Membaca. Bandung : Angkasa.



                                                                       








0 komentar:

Posting Komentar