Antologi Puisi
1. Semangat Juang
Harmoni dunia tak slalu berkelas
Bermelodi getir,
Bermelodi pahit,
Bernada kemakmuran,
Bernada sentosa,
Getir menerpa, semanagat menerjang
Pulau semangat takkan kandas
kandas termakan racun dunia
Tak lenyap tertepa arus kehidupan.
2.
Penjual Pisang
Tepian jalan selalu tebar pesona
untukmu
Kepingan rupiah impianmu
Nurani pembeli harapannmu
Membeli anugrah
Menawar tantangan
Buah tanpa jantung itu setia menemanimu
Setia menanti gubahan hati pembeli
3. Desus Kemalasan Pagi
Embun
pagi kembali berbisik
Tersenyum
untuk dunia
Matahari
enggan menatap dunia
Kerikil
kemalasan berkeliaran, enggan tinggalkan ranjang
Tapi…
Batin
tersandar
Jalan
hidupku bukan untuk ranjang
Ranjang
penghantar lorong kegelapan.
4. Dentingan Ponsel Kelam
Dentingan
ponsel yang kelam
Ciptakan
kerikil kesedihan
Teropong
kebahagiaan blum mendekat
Dentingan
ponsel yang kelam berbicara…
Rasamu
tlah sirna, bertahan beratus malam hanya sia-sia
Perpisahan
mengikis kalbu
5. Sulit Melupakan
Derai
haluan rasa cinta nan indah
Kini
hanya berteman bayangmu
Hati
enggan torehkan kebencian
Naluri
enggan hapus ukiran namamu
Cintaku
ibarat terkikis batu karang
Karan
tajam…
Setajam
kerapuhan yang kau beri
Setajam
penghianat yang kau beri
6. Pantas Bahagia
Trowongan
kebahagiaan memang tak abadi
Tak
juga berdiri kokoh..
Kokoh
bak menara berlian
Wajah
hitam…
Pesona
kusam tak butuh hinaan
Hanya
kebahagiaan, walaupun tak terpatri seutuhnya
7. Macan Keluarga
Benar
jika kau macan kelurga
Aliran
keringatmu hanya untuk kebahagiaanku
Kasih
sayangmu bak mentari pagi
Secarik
hitam putih harapanmu padaku
Inginku
lukiskan senyum untuk harapanmu
Jasamu
kian terpatri diraga ini
8. Hinaan
Alunan
suara bibirmu sungguh menusuk naluri
Hinaanmu
menorehkan harapan
Cacianmu
menyelinapkan impian
Ketidakadilan
menyusupkan cita
Kekurangan
saat ini bukan beban,
Tapi…
Selimut
kebahagiaan
Roda
kehidupan slalu berputar
Tenggelam
pasti menerpa
9. Perpisahan
Ditempat
ini kita berpisah
Melepas
kenangan
Melepas
harapan bersama senyuman senja
Takdir
memang kejam
Takdir
tak pandang siapa kita
Hati
berbisik rasaku slalu untukmu
10. Penyesalan
Petikan
gitar kerinduan hiasi kalbu
Penyesalan
enggan tampak dimuka
Kini
hanya berangan bayangmu
Kubenamkan
tetes air mata
Kulabukan
kerikil-kerik hati
Andai
aku cahayamu
Kukan
terangi ragamu lagi
11. Kepalsuan Cinta
Kini
kalbu kembali mencintaimu
Kembali
terbuka karena harapanmu
Tapi..
Kalbumu
enggan menyapa
Cintamu
bukan untukku
Cinta
memang aneh..
Terkadang
indah, terkadang pedih
Sadarku
menyapa bahwa kau hanya kepalsuan
Hanya
harapan palsu
Hanya
kepalsuan cinta
12. Kehidupan Pengamen
Getaran jiwaku serasa haru
Melihatmu menggemakan lirik gita
Gitar adalah teman setiamu
Bis tempatmu singgah, menanti kepingan
logam rupiah
Kepingan rupiah, rangkulan hidupmu
13. Rindu
Merajut
cinta dengan jarak
Ukiran
pulau Jawa hingga Kalimantan memisahkan
Senyum
manismu terbayang syahdu
Langkah
kakimu mengetuk hatiku
Suara
indahmu simpan kerinduan
Kerinduan
antara Jawa dan Kalimantan
14. Pasrah
Ku
memang bukanlah pribadi yang sempurna
Kusadari
hina diri ini
Hina
bak kekosongan tak berarti
Wajah
hina ini ingin tersenyum mesra
Bukan
senyuman hianat
Kan
kubiarkan cintaku mengalir tanpa arah
Mengalir
berteman derita.
15. Rindu Senyummu
Aku
rindu senyummu, yang temaniku dulu
Senyummu
buatku meluruhkan kejenuhan
Senyummu
sirami kesedihan
Senyummu
penawar masalah
Kini
senyum itu hanya sebuah angan-angan
Angan-angan
yang fana
16. Pantang Menyerah
Panas,
dingin tak lumpuhkan citaku
Tugas
slalu tertoreh dalam hidup
Tapi..
Impian
selalu menggoreskan semangat
Menegadah
untuk masa depan
Masa
depan suci, bukan kelam
17. Nasya
Kau
cikal bakal dunia
Senyum
mungilmu sinari semua insan
Gumaman
bibirmu hibur nurani
Nasya..
Ringkuhan
tangan ibumu tak kenal lelah
Torehkan
sevarik keindahan
Torehkan
secaraik kebahagiaan
Keindahan,kebahagiaan
untuk senyumnya
18. Perbedaan
Kusadari
si Bungkuk ini ibarat bangkai
Tubuh
kusam ini tak berarti untukmu
Tak
juga bergemerlap baju mewah
Raiu
wajahmu berbicara kebencian untukku
Senyum
manismu slalu untuknya
Sikap
kependidikannmu slalu untuknya
Gemerlap
baju mewah benar-benar alihkan logikamu
19. Lelah
Tulang
serasa enggan bernapas
Raga
seolah tak berselimut darah
Raut
wajah tersenyum dengan putihnya
Pucat
membasahi kelelahan
20. Penghianatan
Kukepakan jari mungilmu
untuk ringankanmu
Kusenyumkan
ilmuku untuk silogisme tugasmu
Tapi..
Aku
benar-benar tertegun
Serasa
penuh penghianatan dunia
Penghianatan
oleh mulut harimaumu
0 komentar:
Posting Komentar