Minggu, 15 Desember 2013

Kumpulan Puisi

Antologi Puisi



1.      Semangat Juang

Harmoni dunia tak slalu berkelas
Bermelodi getir,
Bermelodi pahit,
Bernada kemakmuran,
Bernada sentosa,
Getir menerpa, semanagat menerjang
Pulau semangat takkan kandas
kandas termakan racun dunia
Tak lenyap tertepa arus kehidupan.


2.      Penjual Pisang

Tepian jalan selalu tebar pesona untukmu
Kepingan rupiah impianmu
Nurani pembeli harapannmu
Membeli anugrah
Menawar tantangan
Buah tanpa jantung itu setia menemanimu
Setia menanti gubahan hati pembeli

3.      Desus Kemalasan Pagi

Embun pagi kembali berbisik
Tersenyum untuk dunia
Matahari enggan menatap dunia
Kerikil kemalasan berkeliaran, enggan tinggalkan ranjang
Tapi…
Batin tersandar
Jalan hidupku bukan untuk ranjang
Ranjang penghantar lorong kegelapan.

4.      Dentingan Ponsel Kelam

Dentingan ponsel yang kelam
Ciptakan kerikil kesedihan
Teropong kebahagiaan blum mendekat
Dentingan ponsel yang kelam berbicara…
Rasamu tlah sirna, bertahan beratus malam hanya sia-sia
Perpisahan mengikis kalbu

5.      Sulit Melupakan

Derai haluan rasa cinta nan indah
Kini hanya berteman bayangmu
Hati enggan torehkan kebencian
Naluri enggan hapus ukiran namamu
Cintaku ibarat terkikis batu karang
Karan tajam…
Setajam kerapuhan yang kau beri
Setajam penghianat yang kau beri

6.      Pantas Bahagia

Trowongan kebahagiaan memang tak abadi
Tak juga berdiri kokoh..
Kokoh bak menara berlian
Wajah hitam…
Pesona kusam tak butuh hinaan
Hanya kebahagiaan, walaupun tak terpatri seutuhnya

7.      Macan Keluarga

Benar jika kau macan kelurga
Aliran keringatmu hanya untuk kebahagiaanku
Kasih sayangmu bak mentari pagi
Secarik hitam putih harapanmu padaku
Inginku lukiskan senyum untuk harapanmu
Jasamu kian terpatri diraga ini

8.      Hinaan

Alunan suara bibirmu sungguh menusuk naluri
Hinaanmu menorehkan harapan
Cacianmu menyelinapkan impian
Ketidakadilan menyusupkan cita
Kekurangan saat ini bukan beban,
Tapi…
Selimut kebahagiaan
Roda kehidupan slalu berputar
Tenggelam pasti menerpa

9.      Perpisahan

Ditempat ini kita berpisah
Melepas kenangan
Melepas harapan bersama senyuman senja
Takdir memang kejam
Takdir tak pandang siapa kita
Hati berbisik rasaku slalu untukmu

10.  Penyesalan

Petikan gitar kerinduan hiasi kalbu
Penyesalan enggan tampak dimuka
Kini hanya berangan bayangmu
Kubenamkan tetes air mata
Kulabukan kerikil-kerik hati
Andai aku cahayamu
Kukan terangi ragamu lagi

11.  Kepalsuan Cinta

Kini kalbu kembali mencintaimu
Kembali terbuka karena harapanmu
Tapi..
Kalbumu enggan menyapa
Cintamu bukan untukku
Cinta memang aneh..
Terkadang indah, terkadang pedih
Sadarku menyapa bahwa kau hanya kepalsuan
Hanya harapan palsu
Hanya kepalsuan cinta

12.  Kehidupan Pengamen

Getaran jiwaku serasa haru
Melihatmu menggemakan lirik gita
Gitar adalah teman setiamu
Bis tempatmu singgah, menanti kepingan logam rupiah
Kepingan rupiah, rangkulan hidupmu

13.  Rindu

Merajut cinta dengan jarak
Ukiran pulau Jawa hingga Kalimantan memisahkan
Senyum manismu terbayang syahdu
Langkah kakimu mengetuk hatiku
Suara indahmu simpan kerinduan
Kerinduan antara Jawa dan Kalimantan

14.  Pasrah

Ku memang bukanlah pribadi yang sempurna
Kusadari hina diri ini
Hina bak kekosongan tak berarti
Wajah hina ini ingin tersenyum mesra
Bukan senyuman hianat
Kan kubiarkan cintaku mengalir tanpa arah
Mengalir berteman derita.

15.  Rindu Senyummu

Aku rindu senyummu, yang temaniku dulu
Senyummu buatku meluruhkan kejenuhan
Senyummu sirami kesedihan
Senyummu penawar masalah
Kini senyum itu hanya sebuah angan-angan
Angan-angan yang fana

16.  Pantang Menyerah

Panas, dingin tak lumpuhkan citaku
Tugas slalu tertoreh dalam hidup
Tapi..
Impian selalu menggoreskan semangat
Menegadah untuk masa depan
Masa depan suci, bukan kelam

17.  Nasya

Kau cikal bakal dunia
Senyum mungilmu sinari semua insan
Gumaman bibirmu hibur nurani
Nasya..
Ringkuhan tangan ibumu tak kenal lelah
Torehkan sevarik keindahan
Torehkan secaraik kebahagiaan
Keindahan,kebahagiaan untuk senyumnya

18.  Perbedaan

Kusadari si Bungkuk ini ibarat bangkai
Tubuh kusam ini tak berarti untukmu
Tak juga bergemerlap baju mewah
Raiu wajahmu berbicara kebencian untukku
Senyum manismu slalu untuknya
Sikap kependidikannmu slalu untuknya
Gemerlap baju mewah benar-benar alihkan logikamu

19.  Lelah

Tulang serasa enggan bernapas
Raga seolah tak berselimut darah
Raut wajah tersenyum dengan putihnya
Pucat membasahi kelelahan

20.  Penghianatan

Kukepakan jari mungilmu untuk ringankanmu
Kusenyumkan ilmuku untuk silogisme tugasmu
Tapi..
Aku benar-benar tertegun
Serasa penuh penghianatan dunia
Penghianatan oleh mulut harimaumu

0 komentar:

Posting Komentar